MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
Kesadaran
terhadap lingkungan sosial atau bermasyarakat, akhirnya menjadi tuntutan akan pentingnya
Ilmu Sosiologi. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain,
Nabi Adam-pun telah ditaqdirkan Allah SWT untuk berpasangan dengan Siti Hawa.
Kita sadar akan pentingnya hidup bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang
lain, untuk itu dibutuhkan pemahaman terhadap diri sendiri dan lingkungan. Penting untuk mengenali sifat, karakter,
kebiasaan, dan kebutuhan dalam sebuah lingkungan masyarakat, dimana kita
tinggal dan berbaur. Mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan
Negara.
“Manusia
Sebagai Makhluk Sosial”, terdapat di dalamnya kaitan manusia sebagai individu,
dalam keluarga, masyarakat, atau sebagai khalifah fil ardli. Pemahaman terhadap
Ilmu Sosiologi, dapat dipelajari dari kelahiran sosiologi, dasar-dasar
pemikiran, dan perkembangan hingga era modern saat ini.
Kesadaran
sosial yang tinggi, dapat menjadikan kehidupan bermasyarakat yang lebih baik.
Kesadaran tersebut harus dimulai dari masing-masing individu, kemudiaan dalam
ruang lingkup kecil sebuah keluarga, dan secara luas dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Tujuan
pemahaman Sosiologi adalah terciptanya hubungan yang harmonis dalam setiap
lingkup sosial. Meskipun manusia memiliki hak individu, tetapi harus
diperhatikan bahwa orang lain juga memiliki hak yang sama. Sehingga kesadaran
akan hak dan kewajiban setiap orang, harus disertai dengan sikap toleransi
terhadap orang lain. Menghargai hak orang lain dan dapat memposisikan diri
dalam setiap lingkup sosial.
Keberagaman
yang ada di muka bumi, dan khususnya di Indonesia seharusnya menjadi sebuah
kekayaan dan anugerah yang luar biasa. Munculnya berbagai masalah sosial tidak
dijadikan sebagai alasan perpecahan dan konflik. Pemahaman kehidupan sosial
dapat dijadikan sarana untuk memecahkan berbagai masalah dalam masyarakat yang
majemuk, dengan berbagai suku, budaya, agama, keturunan, dan status sosial.
A. MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU
Kata
“Individu” berasal dari bahasa latin, yaitu individuum,
artinya “yang tak terbagi”. Jadi, merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai
untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas 1). Atau dapat pula diartikan sebagai “orang
seorang” atau manusia perorangan. Disini terlihat bahwa sifat dan fungsi
manusia, sebagaimana ia hidup di tengah-tengah individu lain dalam masyarakat 2).
Manusia sebagai makhluk individu memiliki kewajiban yang harus ia kerjakan. Diantaranya adalah, kewajiban beribadah, menuntut ilmu, berbuat baik, menggali potensi, bekerja dan berusaha.
Setiap individu memiliki hak dan kewajiban, yang dipertanggungjawabkan langsung kepada Tuhannya. Dengan mengenali siapa diri kita dan tanggung jawab sebagai seorang makhluk, maka kita akan mejadi pribadi yang patuh. Baik atau buruknya seseorang akan tercermin dari perilakunya. Untuk itu kita dituntut berakhlak baik kepada siapapun dan dimanapun kita berada.
Dampak dari lemahnya pemahaman karakter dapat berakibat pada hubungan sosial yang tidak harmonis. Kesadaran individu terhadap hak-hak orang lain lebih sering diabaikan, karena sikap egois. Mendahulukan kepentingan pribadi tanpa memperhatikan kepentingan orang lain, dapat menimbulkan terjadinya konflik. Untuk itu dibutuhkan kesadaran tinggi, bahwa kita sebagai makhluk individu harus menghargai hak orang lain.
A. MANUSIA SEBAGAI ANGGOTA KELUARGA
Keluarga merupakan satuan sosial terkecil sebagai makhluk sosial. Keluarga memiliki peran penting dalam kehidupan sosial. Interaksi sosial dimulai dari kerjasama dan komunikasi dalam sebuah keluarga. Unsur pembentuk sebuah keluarga adalah, Seorang suami, seorang istri, dan anak-anak, yang biasanya tinggal dan berbaur dalam satu rumah.
Peran manusia sebagai anggota keluarga diantaranya adalah:
- Orangtua memberikan teladan yang baik bagi anak-anaknya.
- Anak harus patuh dan hormat kepada orangtua.
- Tercipta hubungan yang harmonis antar anggota keluarga, dengan saling terbuka dan menghargai pendapat orang lain.
- Saling bekerjasama dalam mengurus keluarga.
B. MANUSIA SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT
Hubungan antar manusia atau relasi sosial, sangat menentukan struktur masyarakat. Hubungan ini didasarkan dalam praktik komunikasi, sehingga komunikasi merupakan dasar eksistensi masyarakat. Hubungan antar manusia, hubungan satu dengan yang lain, baik dalam bentuk perorangan maupun dengan kelompok atau antar kelompok manusia itu sendiri menjadi sumber dinamika perubahan dan perkembangan masyarakat 3).
Interaksi
antar anggota masyarakat dapat berupa kerjasama
(cooperation), persaingan
(Competition), dan pertentangan
(conflict).
a. Kerjasama
Bentuk-bentuk kerjasama diantaranya
adalah:
-
Kerukunan
(harmony), yang mencakup gotong royong dan tolong menolong.
-
Tawar
menawar (bargaining), yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang
dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
- Ko-optasi
(cooptation), yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau
pelaksanaan politik suatu organisasi, sebagai salah satu cara menghindari
terjadinya goncangan stabilitas organisasi.
- Koalisi
(Coalition), merupakan kombinasi dua organisasi atau lebih yang memiliki tujuan
sama.
- Kemitraan
(Joint Venture), merupakan kerjasama dalam pengusahaan proyek. Misalnya,
perhotelan, pariwisata, pertambangan, perfilman,dll.
b. Persaingan (competition)
Merupakan proses sosial antar individu atau golongan dengan pihak lain tanpa harus mempergunakan kekerasan
c. Pertentangan (Conflict)
Merupakan proses sosial, dimana indvidu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan cara menentang pihak lawan. Pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, bersifat positif jika tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berinteraksi sosial dalam lingkungan masyarakat agar tidak menimbulkan konflik:
- Menghormati kepentingan umum diatas kepentingan individu atau golongan.
- Kesadaran tinggi akan kebutuhan individu terhadap bantuan orang lain.
- Saling menjaga keamanan dan kenyamanan lingkungan
- Saling membantu kepada yang sedang mengalami kesulitan dan membutuhkan bantuan.
A. MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH FIL ARDLI
Dalam kaitannya manusia sebagai makhluk sosial, terdapat diadalamnya tanggung jawab terhadap Sang Pencipta. Alam semesta beserta isinya diperkenankan untuk dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup manusia. Tetapi perlu diingat bahwa tindakan berlebihan dan semau sendiri dapat mengancam kelangsungan hidup umat manusia, terutama generasi penerus. Kita sebagai makhluk-Nya dititipkan alam semesta dan isinya untuk dijaga dengan sebaik-baiknya. Telah banyak pelajaran yang dapat kita ambil hikmahnya, akibat ulah tangan manusia yang tamak dan rakus. Bencana silih berganti di muka bumi ini dikarenakan kita tidak bisa mengemban amanat dari Allah SwT. Akibat ulah segelintir orang yang tamak, dampak yang begitu besar menimpa banyak orang.
Kewajiban kita sebagai khalifah fil ardli diantaranya adalah:
- Memanfaatkan sumber daya alam seperlunya.
- Menjaga kelestarian alam dan lingkungan sekitar.
- Saling menyayangi antar sesama makhluk.
- Kesadaran yang tinggi atas kekuasaan Allah SWT.
- Senantiasa bersyukur atas apa yang kita peroleh.
KESIMPULAN
Manusia
sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain, adalah sebuah realita.
Setiap orang tidak dapat hidup sendiri, sekalipun dalam suatu kesatuan terkecil
sebagai makhluk individu. Terlebih jika kita berada dalam lingkup keluarga dan
masyarakat. Ada kepentingan orang lain yang harus kita hargai, agar terjadi
hubungan harmonis tanpa menimbulkan konflik sosial. Menghargai dan menghormati
orang lain adalah bentuk kepedulian sebagai sesama manusia. Sebagai makhluk
individu dan khalifah di muka bumi ini, kita memiliki tanggung jawab langsung
kepada Allah SWT. Keharusan untuk menjaga dan memelihara alam semesta agar
tetap berjalan sesuai dengan ketentuan-Nya.
1) Dr. M Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, Refika Aditama, Hal-133
2) Prof.Dr.Hajjah Bainar, Drs. H Ruslan Abdul Rahman, Drs.M Jafar Anwar, M,Si. Ilmu sosial, Budaya, dan Kealaman Dasar, Hal-65
3) Dany Haryanto,S.S. & G.Edwi Nugrohadi,S.S.,
M.A., Sosiologi Dasar,Prestasi Pustakarya, Hal:213-226
Tidak ada komentar:
Posting Komentar