Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat

 A. PENDAHULUAN

Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak dapat menjalani kehidupan seorang diri. Peran serta manusia lain dalam menjalani hidupnya merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus ia terima. Sebagai satu manusia yang membutuhkan manusia lain tentunya ada sebuah interaksi yang menghasilkan kerjasama, tolong menolong, dan saling melengkapi satu dengan yang lain.

Tidak heran jika sejak awal Nabi Adam diciptakan, Ia membutuhkan seseorang untuk melengkapi hidupnya. Kemudian keturunannya hingga saat ini saling membutuhkan satu sama lain. Berkelompok, membuat satu komunitas yang berkembang kemudian menjadi suatu masyarakat dengan peradabannya masing-masing.

Di dalam sebuah komunitas, kelompok, atau masyarakat dari lingkup kecil hingga luas tentu ada sebuah aturan. Aturan yang secara tersirat dan tersurat inilah melahirkan sebuah hak dan kewajiban. Hak masing-masing individu sebagai makhluk yang berdiri sendiri, serta hak sebagai anggota masyarakat. Begitupun kewajiban, adanya aturan yang harus dipatuhi, ditaati dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran bahwa kita ada dalam satu tempat yang sama dengan aturan yang berlaku untuk umum.

Ada tanggung jawab yang diamanahkan kepada kita selaku umat manusia. Bukan hanya tanggung jawab atas dirinya sendiri, namun ada baginya tanggung jawab keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Tidak hanya secara rasional bahwa kita hidup bersama dengan orang lain, dan ada tanggung jawab disitu. Agamapun mengjarkan kepada kita bagaimana seharusnya hidup berdampingan bersama orang lain. 


B. PEMBAHASAN

Tanggung jawab dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dsb). Atau apat diartikan sebagai kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja dengan menanggung segala sesuatunya. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.

Manusia memiliki tanggung jawab terhadap didirnya sendiri, mencakup segala hal yang bersifat pribadi terhadap dirinya. Dalam lingkup yang lebih besar, ia dituntut untuk bertanggung jawab terhadap keluarganya. Manusia sebagai anggota masyarakat mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Sebagai warga negara maka ia memiliki kewajiaban untuk tunduk dan patuh pada aturan pemerintah, dan memegang teguh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Lebih dari itu semua adalah tanggung jawab atas dirinya kepada Tuhannya.

 1. Perintah Berbuat Baik

Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (Q.S An Nisa:36)

 Ibnu Katsir: “Tetangga dekat dan tetangga jauh”, dekat dan jauh disini ada yang mengartikan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula yang muslim dan yang bukan muslim.b”Teman sejawat, ibnu-sabil.” Ibnu sabil adalah orang yang dalam perjalanannya (bukann maksiat) kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.

Dari ayat diatas Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik kepada orang lain. Kepada semua orang, entah jauh ataupun dekat, keluarga atau karib kerabat. Itulah tanggung jawab kita sebagai anggota masyarakat, terlebih kepada anak yatim dan fakir miskin. Hal tersebut menjaditanggung jawab kita semua, bukan hanya kewajiban pemerintah unutuk memelihara fakir miskin dan anak terlantar tetapi menjadi tanggung jawab bersama.

Allah SWT telah menyatakan dalam al-Qur’an bahawa Dia mencintai orang-orang yang selalu berbuat kebaikan kerana keimanan mereka, dan orang-orang yang takut dan cinta kepada Allah, selanjutnya Dia menyatakan akan memberi pahala kepada mereka dengan kebaikan: “Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S. Ali ‘Imran: 148).

Rasulullah saw. pun bersabda: “ Barangsiapa memelopori (amal) sunah yang baik didalam (ajaran) Islam maka baginya pahalanya sendiri dan apabila yang mengerjakannya setelahnya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.”
 Barangsiapa memelopori sunnah yang buruk dalam (ajaran) Islam maka baginya dosanya sendiri dan dosa yang mengerjakannya setelahnya, tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun.” (HR.Muslim)

 2. Perintah untuk saling mengingatkan, Amar Makruf Nahi Munkar

Artinya: “Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu. (Q.S Al An’am : 70)

Ayat diatas menjelaskan perintah untuk meninggalkan mereka yang main-main dan sendau gurau terhadap agamanya. Allah memerintahkan kita untuk memperingatkan mereka dengan Al-Qur’an agar tidak terjerumus ke neraka-Nya.

Dari ayat sebelumnya, Allah SWT berfirman yang artinya “Orang-orang yang bertakwa tidak ada tanggung jawab sedikitpun atas (dosa-dosa) mereka: tetapi (berkewajiban) mengingatkan agar mereka (juga) bertakwa.” (Q.S Al An’am: 69)

Abu Ruqayyah Tamim bin Aus ad-Dari ra. meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: “Ad-Din (agama Islam) adalah Nasihat. Kami bertanya, Bagi Siapa?, Beliau menjawab, “Bagi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin-pemimpin umat Islam, dan umat Islam pada umumnya.” (HR. Muslim)

 “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S Ali ‘Imran: 104)

Abu Said Al-Khudri ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: ‘Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran maka hendaknya ia mengubahnya dengan tangannya, bila tidak mampu maka dengan lisannya, bila tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Diriwayatkan dari Abu Bakar Ash Shiddiq ra. yang berkata, “Wahai manusia, sesungguhnya kalian telah membaca ayat ini: “Hai Orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tiadalah orang-orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu bila kamu telah mendapat petunjuk.” (Al-Ma’idah: 105). Akupun mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh bila manusia melihat orang zalim (yang berbuat aniaya) tapi ia tidak mencegahnya maka kemungkinan besar Allah SWT akan menimpakan siksa kepada mereka semua karenanya.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’I dengan sanad-sanad yang shahih)

3. Pengabdian dan Pengorbanan

Abu Hurairah ra. berkata,”Ada seorang Arab Badui kencing didalam masjid. Orang-orang pun mengerubung untuk menindaknya. Kemudian Nabi saw. bersabda, “Biarkanlah orang itu! Siramlah satu timba air atau satu ember air di atas kencingnya tadi. Karena kalian diutus untuk mempermudah bukan untuk mempersulit.” (HR. Bukhari)

Pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Oleh karena itu, pengorbanan mengandung unsur ikhlas. Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya. Pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada pemberian sesuatu. Pengabdian lebih banyak menunjuk kepada perbuatan.


*** Demikian, Semoga bermanfaat***

Sumber Referensi

Imam An-Nawawi, Intisari Riyadhussalihin, disarikan oleh Masyru’ Al-Jalis Ash Shahih, (Kartasura: Aqwam)
Mufassir, Al-Quran Terjemah dan Tafsir, (Bandung: Hilal)
http://w-afif-mufida-fk12.web.unair.ac.id/artikel_detail-70371-1%20Ilmu%20Sosial%20Budaya%20Dasar-MANUSIA%20DAN%20TANGGUNG%20JAWAB.
html http://muhammadyusro.com/2013/01/10/tetaplah-berbuat-kebaikan-di-manapun-kita-berada/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pemikiran Kalam Khawarij dalam ilmu Kalam

 Pemikiran Kalam Khawarij 1. Pengertian dan Penisbatannya A l-Khawarij adalah bentuk jama' dari khariji (yang keluar). Nama khawarij d...