Islam Pada Masa Abubakar Ash Shiddiq ra.

Meninggalnya Rasulullah pada usia 63 tahun, meninggalkan kesan dan pengaruh yang kuat kepada kaum muslimin. Meskipun mereka baru saja menerima fatwa-fatwa bahwa seorang nabi tidak dapat hidup selama-lamanya dan rasul akan menemui Tuhan, para sahabat sebagai pahlawan-pahlawan yang ulung dan pemberani, juga sempat panik. Banyak diantara mereka yang tidak mempercayai berita wafatnya Rasul yang datang dengan tiba-tiba.

Dengan wafatnya Rasul, maka umat islam dihadapkan dengan masalah sangat Kritis. Sebagaian dari mereka bahkan ada yang menolak Islam. Ada golongan yang murtad, ada yang mengaku dirinya sebagai nabi, golongan tidak mau membayar zakat. Sedangkan yang masih tetap patuh kepada agama Islam adalah penduduk Makkah, Madinah dan Thaif. Mereka tetap memenuhi kewajiban dan mau mengorbankan apa yang mereka miliki untuk mengembalikan kejayaan Islam.

1. Peranan Ahlul Halli Wal Aqdi

Nabi Muhammad saw. tidak meninggalkan wasiat tentang pengganti posisi beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Tampaknya Nabi Muhammad saw. menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin itu sendiri untuk menentukannya. Karena beliau sendiri tidak pemah menunjuk di antara sahabatnya yang akan menggantikannya sebagai pemimpin umat Islam, bahkan tidak pula membentuk suatu dewan yang dapat menentukan siapa penggantinya.

Abu Bakar memangku jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang berlangsung sangat demokratis di Muktamar Tsaqifah Bani Sa’idah, memenuhi tata cara perundingan yang dikenal dunia modern saat ini. Meskipun kita ketahui telah terjadi adu argumen tentang pemangku jabatan sepeninggal Nabi Muhammad saw.
Orang-orang Anshar mengira bahwa setelah meninggalnya Rasulullah, orang-orang Muhajirin akan kembali ke Mekah. Sehingga mereka merasa membutuhkan pemimpin untuk memimpin Madinah, oleh sebab itu mereka sepakat mengajukan Sa’ad bin Ubadah.

Kaum Muhajirin menekankan pada persyaratan kesetiaan, mereka mengajukan calon Abu Ubadah ibn Jarrah. Sementara itu dari Ahlul Bait menginginkan agar Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah atas dasar kedudukannya dalam Islam, juga sebagai menantu dan karib Nabi.

Dalam keadaan yang sudah tenang, Abu Bakar berpidato, “ Ini Umar dan Abu Ubaidah, siapa yang kamu kehendaki diantara mereka berdua, maka baiatlah”.

Baik Umar maupun Abu Ubaidah merasa keberatan atas ucapan Abu Bakar dengan mempertimbangkan berbagai alasan, diantaranya adalah ditunjuknya Abu Bakar sebagai pengganti Rasul dalam imam shalat dan ini membuat Abu Bakar lebih berhak menjadi pengganti Rasulullah saw. Sebagai khalifah Abu Bakar mengalami dua kali baiat. Pertama di Saqifa Bani Saidah yang dikenal dengan Bai 'at Khassah dan kedua di Masjid Nabi Nabawi Madinah yang dikenal dengan Bai’at A 'mmah.

Beberapa faktor yang mendasari terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah, yaitu:

   1). Sebagian berpendapat bahwa seorang khalifah haruslah berasal dari suku Quraisy. Pendapat tersebut didasarkan pada hadis Nabi Muhammad saw. yang berbunyi "al-aimmah min Quraisy" (kepemimpinan itu di tangan orang Quraisy).

    2). Ketokohan pribadi Abu Bakar sebagai khalifah karena beberapa keutamaan yang dimilikinya, antara lain karena ia adalah sahabat pertama yang memeluk Islam, ia satu-satunya sahabat yang menemani Nabi saw. pada saat hijrah dari Makkah ke Madinah dan ketika bersembunyi di Gua Tsur, ia yang ditunjuk oleh Rasulullah saw. untuk mengimami shalat pada saat beliau sedang uzur,  ia keturunan bangsawan, cerdas, dan berakhlak mulia.

   3). Beliau sangat dekat dengan Rasulullah saw. baik dalam bidang agama maupun kekeluargaan. Beliau seorang dermawan yang mendermakan hartanya untuk kepentingan Islam.

Pidato pertama Abu Bakar Ash Shiddiq setelah pengangkatan sebagai khalifah.
"Wahai manusia, sungguh aku telah memangku jabatan yang kamu percayakan, padahal aku bukanorang yang terbaik di antara kamu. Apabila aku melaksanankan tugasku dengan baik, bantulah aku, dan jika aku berbuat salah, luruskanlah aku. Kebenaran adalah suatu kepercayaan dan kedustaan adalah suatu pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kamu adalah orang yang kuat bagiku sampai aku memenuhi hak-haknya, dan orang yang kuat di antara kamu adalah lemah bagiku hingga aku mengambil haknya, Insya Allah. Janganlah salah seorang dari kamu meninggalkan jihad. Sesuangguhnya kaum yang tidak memenuhi panggilan jihad maka Allah akan menimpakan atas mereka suatu kehinaan. Patuhlah kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasl-Nya. Jika aku tidak menaati Allah dan Rasul-Nya, sekali-kali janganlah kamu menaatiku. Dirikanlah shalat, semoga Allah merahmati kamu”.

2. Perluasan Wilayah

Kemajuan suatu pemerintahan sangat bergantung kepada pemegang kekuasaan. Abu Bakar sebagai khalifah (pemimpin Negara) yang pertama,  memberi contoh tersendiri dalam menentukan kebijakan-kebijakan di berbagai bidang yang berhubungan dengan hajat hidup masyarakat yang dipimpinnya. Demikian pula dalam mengatasi berbagai krisis dan gejolak yang muncul dalam pemerintahannya.

Meskipun masa kepemimpinanya tidak berlangsung lama, hanya berkisar dua  tahun 3 bulan, namun banyak hal yang dilakukan oleh Abu Bakar Ash Shiddiq.

a. Pemberangkatan Pasukan Usamah bin Zaid Sesuai Pesan Rasulullah
Sebelum Rasulullah wafat, beliau mempersiapkan satu pasukan untuk memerangi orang-orang Romawi di Balqa’ (Yordania) yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid bin Haritsah yang berumur 18 Tahun, dan beberapa sahabat senior. Namun pasukan itu gagal berangkat karena Rasulullah sedang sakit. Akhirnya pada masa kepemimpinan Abu bakar, beliau mengimplementasikan sesuai dengan perintah Rasulullah.
Meskipun banyak sahabat yang mengusulkan untuk tidak memberangkatkan pasukan tersebut, namun mereka berangkat dengan hasil kemenangan yang gemilang. Hal tersebut menampakkan kepada semua pihak bahwa kekuatan Islam masih tetap kokoh dan sulit dikalahkan. Meskipun saat itu keadaan umat Islam belum stabil sepeninggal Rasulullah.

b. Perang Yamamah (11H/632M)
Pasukan Khalid bin Walid meneruskan perjalanan ke Bani Hanifah di Yamamah. Seseorang yang bernama Musailamah al-Kadzab mengaku dirinya sebagai nabi. Pertempuran dari keduanya berlangsung sengit yang akhirnya dimenangkan oleh kaum muslimin, Musailamah terbunuh. Penduduk daerah tersebut akhirnya bertobat dan kembali kepada ajaran Islam.
Dalam peperangan ini, sejumlah sahabat mati syahid. Diantara mereka adalah 70 penghafal Al-Qur’an. Inilah awal mula kekhawatiran akan hilangnya Al-Qur’an karena banyak diantara penghafal Al-Qur’an yang gugur dalam medan perang. Setelah tunduknya beberapa wilayah oleh pasukan Islam, baik melalui peperangan ataupun tidak, kondisi Jazirah Arab mulai stabil.

c. Penaklukan Wilayah Timur (Persia)
Peria mendominasi wilayah yang sangat luas, meliputi Irak, bagian barat Syam, bagian utara jazirah Arab. Disamping itu, sejumlah besar kabilah-kabilah Arab juga tunduk di bawah kekuasaan mereka. Kabilah-kabilah ini bekerja dengan dukungan dari Kaisar Persia.
Untuk melakukan jihad di wilayah ini, Abu Bakar mengangkat Khalid bin Walid dan Mutsanna bin Haritsah sebagai panglima. Mereka mampu memengangkan peperangan dan membuka Hirah serta beberapa kota di Irak. Diantaranya adalah Anbar, Daumatul Jandal, Faradh, dll. Setelah itu khalifah Abu Bakar memerintahkan kepada Khalid bin Walid untuk bergabung dengan pasukan Islam yang ada di Syam.

d. Penaklukan Wilayah Barat (Romawi)
Pasukan yang diberangkatkan oleh Abu bakar adalah:
1). Pasukan dibawah pimpinan Yazid bin Abu Sufyan ke Damaskus
2) Pasukan dibawah pimpinan ‘Amr bin Ash ke Palestina
3) Pasukan di bawah pimpinan Syarahbil bin Hasanah ke Yordania
4) Pasukan di bawah pimpinan Abu Ubaidah ibnul-Jarrah ke Hims. Jumlah pasukannya 12.000 pasukan, dan pasukan Ikrimah  sebagai pasukan cadangan berjumlah 6.000 orang. Pasukan Romawi menyambut dengan jumlah 240.000 personel.

Selain keempat pasukan tersebut, Khalid bin Walid diperbantukan untuk bertempur di front Siria.
Keputusan-keputusan yang dibuat oleh khalifah Abu Bakar untuk membentuk beberapa pasukan tersebut, dari tata Negara menunjukkan bahwa Ia juga memegang jabatan panglima tertinggi tentara Islam. Disisi lain fakta tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinannya telah berhasil dalam menghadapi berbagai ancaman dan krisis yang timbul baik berasal dari dalam maupun luar.

      e. Permulaan Perang Yarmuk (13H/634M)
Khalifah Abu Bakar memerintahkan Khalid bin Walid untuk segera berangkat bersama pasukannya menuju Syam. Perjalanan selama 18 hari melewati padang sahara akhirnya sampai di Syam dan bergabung dengan kaum muslimin hingga mencapai 26.000 personil.
Strategi kemudian diatur untuk pertempuran yang terjadi di pinggiran sungai Yordania yang disebut Yarmuk. Dalam keadaan perang yang sangat sengit, datang kabar bahwa khalifah Abu Bakar meninggal dunia dan Umar bin Khattab menjadi penggantinya. Khalid bin walid diturunkan posisinya dari panglima perang dan digantikan oleh Abu Ubaidah ibnul-Jarrah. Keduanya saling bekerja sama untuk melanjutkan perang, meskipun Khalid bin Walid diturunkan dari jabatannya tetapi tidak menurunkan semangat untuk berperang dengan serius dan ikhlas.


3. Pemberontakan  Orang-orang Murtad

Sebagai khalifah pertama, Abu Bakar dihadapkan pada kekacauan masyarakat sepeninggal Muhammad saw. Ia bermusawarah dengan para sahabat untuk menentukan tindakan yang harus diambil dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Meski terjadi perbedaan pendapat tentang tindakan yang akan dilakukan dalam kesulitan yang memuncak tersebut,kelihatan kebesaran jiwa dan ketabahan hatinya.

Munculnya orang-orang murtad disebabkan oleh keyakinan mereka terhadap ajaran Islam belum begitu mantap, dan wafatnya Rasulullah SAW menggoyahkan keimanan mereka. Mereka beranggapan bahwa kaum Quraisy tidak akan bangun lagi setelah Nabi Muhammad saw. wafat. Dan mereka merasa tidak terikat lagi dengan agama Islam lalu kembali kepada ajaran agama sebelumnya.

Seluruh jazirah Arab murtad dari agama Islam kecuali Makkah, Madinah, dan Thaif. Kemurtadan mereka karena mereka kembali kepada kekufuran lamanya dan mengikuti orang-orang yang mengaku sebagai Nabi. Sebagian yang lain hanya tidak mau membayar zakat.

Para sahabat menasihati Abu Bakar untuk tidak memerangi mereka karena kondisi umat Islam yang sangat sulit dan sebagian pasukan sedang diberangkatkan perang melawan tentara Romawi. Namun Abu Bakar menolak usulan mereka, dia mengatakan “Demi Allah, andaikata mereka tidak menyerahkan tali unta yang pernah mereka serahkan kepada Rasulullah, pasti aku berjihad melawan mereka”

Untuk memerangi kemurtadan, Abu bakar  membentuk sebelas kelompok tentara perang. Sebelum pasukan dikirim ke daerah yang ditinjau, terlebih dahulu dikirim surat yang menyeru kepada mereka agar kembali kepada ajaran Islam, namun tidak mendapat sambutan. Abu Bakar memilih sahabat-sahabat senior untuk memimpin pasukan. Misalnya Khalid bin Walid memimpin untuk memerangi Bani Asas, Ghatfan, dan Amir. Khalid Bin Walid berhasil menaklukan mereka yang mengaku Nabi dan pengikutnya, diantaranya Thulaid bin Khuwalid al-Asadi dan Malik bin Nuwairah yang akhirnya tewas.

4. Peradaban pada Masa Abu Bakar
 
    1) Penghimpunan Al-Qur’an
Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur’an dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hapalan kaum muslimin. Usaha ini dilakukan untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an setelah syahidnya beberapa orang penghafal Al-Qur’an pada saat perang Yamamah. Umarlah yang pertama mengusulkan untuk menghimpun Al-Qur’an. Sejak itulah pertama kalinya AL-Qur’an dikumpulkan dalm satu mushaf.

     2) Dalam Praktik Pemerintahan
Dalam pranata sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat. Untuk kemaslahatan rakyat, Ia mengelola zakat, infak, dan sedekah (baitul mal) yang berasal dari kaum muslimin, ghanimah harta rampasan perang, dan jizyah dari warga non muslim. Diriwayatkan bahwa Abu Bakar tidak pernah menggunakan uang dari Baitul Mal untuk kepentingannya sendiri. Selama menjadi khalifah, Beliau tetap berdagang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Atas inisiatifnya sendiri, Abu Bakar menunjuk Umar bin Khatab sebagai pengganti khalifah periode berikutnya. Adapun alasan utamanya adalah menghindari perpecahan antar umat muslim, seperti yang terjadi sepeninggal Rasulullah saw. Dari penunjukan Umar sebagai pengganti khalifah Abu Bakar, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
- Abu Bakar dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan asas musyawarah. Beliau lebih dahulu mengadakan konsultasi untuk mengetahui aspirasi rakyat melalui tokoh-tokoh kaum muslimin.
- Abu Bakar tidak salah seorang putranya atau kerabatnya, melainkan memilih seseorang yang mempunyai nama dan mendapat tempat di hati masyarakat serta disegani oleh rakyat karena sifat-sifatnya yang terpuji.
- Pengukuhan Umar menjadi khalifah sepeninggal Abu Bakar berjalan dengan baik dalam satu bai’at umum dan terbuka tanpa ada pertentangan di kalangan kaum muslimin.
Abu Bakar meninggal dunia pada bulan Jumadil Akhir tahun 13H/634M. Setelah sebelumnya beliau menuliskan wasiat atas pengangkatan Umar dan membai’atnya sebagai khalifah berikutnya.

Oleh: Khery Rastogi

REFERENSI

Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam (Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX), Jakarta: 2011
Dedy Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: 2008
http://kafeilmu.com/2012/02/islam-pada-masa-khalifah-abu-bakar-ash-shiddiq.html
http://id.shvoong.com/humanities/history/2269122-perkembangan-islam-pada-masa-abu/#ixzz2DO9FKgJW
http://makalah-ibnu.blogspot.com/2008/10/kemajuan-islam-pada-masa-abu-bakar-as.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pemikiran Kalam Khawarij dalam ilmu Kalam

 Pemikiran Kalam Khawarij 1. Pengertian dan Penisbatannya A l-Khawarij adalah bentuk jama' dari khariji (yang keluar). Nama khawarij d...