Budaya Organisasi

A.Pengertian Budaya Organisasi

Keith Davis dan John W.Newstrom (1989: 60) mengemukakan bahwa “Organizational culture is the set of assumtions, beliefs,values, and norms that is shared among its members”. Lebih lanjut John R.Schermerhorn dan James G.Hunt (1991: 340) mengemukakan bahwa “Organizational culture is the system of shared beliefs and values that developes within an organization and guides the behavior of its members”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian Budaya Organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.

B.Landasan Penerapan Budaya Organisasi

Pelaksanaan perusahaan di Indonesia sangat memprihatinkan karena masih banyak pemimpin yang melupakan moral. Mereka lupa bahwa bekerja adalah ibadah dan tanggung jawabnya tidak hanya di dunia saja, tetapi juga di akhirat nanti. Tepatlah apa yang dikemukakan oleh Herman Soewardi (1995: 128) bahwa “Manusia yang melupakan Tuhannya akan menjadimanusia pelayan hawa nafsunya, sesedangkan menurut islam, hawa nafsu manusia harus dikendalikan”. Sebagaimana Hadist Nabi Muhammad SAW bahwa “orang dilarang berlebih-lebihan”. Begitu pula dalam Al-Qur’an (At-Taubah : 41 dan 111) dikemukakan bahwa “Fungsi harta hanya sebagai alat saja dalam beribadah atau bekal untuk beribadah”. Berdasarkan pendapat dari Herman Soewardi dan ajaran Al Qur’an maupun Al Hadist tersebut, jelas bahwa budaya organisasi berlandaskan pada moral.

C.Tujuan Penerapan Budaya Organisasi

Tujuan penerapan budaya organisasi adalah agar seluruh individu dalam perusahaan atau organisasi mematuhi dan berpedoman pada sistem nilai keyakinan dan norma-norma yang berlaku dalam perusahaan atau organisasi tersebut.

D.Budaya Organisasi Sebagai Input

Berdasarkan pendapat Taliziduhu Ndraha, budaya organisasi sebagai input terdiri dari :
1.Pendiri Organisasi
Pendiri Organisasi sangat mewarnai budaya organisasi, yaitu bagaimana visi mereka terhadap organisasi yang telah didirikan sangat berpengaruh pada iklim organisasi perusahaan. Pada pendiri organisasi yang memiliki visi dan aksi sangat penting dalam memantapkan budaya organisasi yang konsisten dan sesuai dengan kondisi lingkungan internal. Hal ini sejalan dengan pendapat Andy Kirana (1997: 570) yang menyatakan sebagai berikut. “Tidak ada visi, manusia lenyap. Oleh karena itu, pemimpin harus mampu menyumbangkan wawasan yang jauh ke depan untuk mengantarkan perusahaannya kepada tahap-tahap kemajuan sesuai perubahan zaman dan dinamika lingkungannya”. Begitupula Hammel dan Prahaland (1994: 17) mengemukakan bahwa “menetapkan visi saja sebenarnya tidak cukup, karena visi merupakan suatu hal abstrak. Oleh karena itu, perlu melakukannya (aksinya)”. Berdasarkan pendapat para ahli, pendiri organisasi atau perusahaan perlu merumuskan dan memiliki visi yang jelas terhadap organisasi atau perusahaan yang didirikan mereka.

 2.Pemilik Organisasi
Pemilik organisasi harus mampu mematuhi system nilai dan norma-norma yang berlaku dalam organisasi. Konsistensi dalam mematuhi system nilai dan norma-norma yang berlaku tersebut akan menjadikan organisasi memiliki system nilai (budaya organisasi yang kuat). Pelaksanaan operasional kegiatan usaha, pimpinan mengangkat karyawan (manajer dan staf) dan mereka bertanggung jawab kepada pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu, seluruh individu dalam organisasi berkewajiban mematuhi seperangkat system nilai dan norma-norma yang erlaku di dalam organisasi, serta system nilai tersebut dijadikan pedoman dalam bertingkah lau di organisasi.

3.Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia organisasi terdiri dari 2 (dua) sumber yaitu internal organisasi dan eksternal organisasi. Sumber daya manusia internal organisasi adalah pimpinan, manajer, dan karyawan. Sedangkan sumber daya eksternal organisasi adalah orang-orang diluar organisasi yang bersangkutan yang ikut andil dalam pembinaan dan pengembangan. Mereka adalah konsultan perusahaan.

 4.Pihak yang Berkepentingan
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap organisasi, selain pimpinan, manajer, karyawan adalah pihak pemerintah, bank-bank dan mitra usaha.

5.Masyarakat
 Masyarakat sebagai pelanggan (konsumen) merupakan sumber nilai yang dapat menyumbangkan budaya sebagai input melalui berbagai media massa dengan menggunakan teknologi informasi. Hubungan timbale balik antara organisasi dengan masyarakat dapat memberikan kontribusi yang positif baik bagi kepentingan masyarakat maupun organisasi yang bersangkutan.



***Maaf lupa sumbernya, artikel ini tersimpan di file dokumen komputer, Semoga bermanfaat***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pemikiran Kalam Khawarij dalam ilmu Kalam

 Pemikiran Kalam Khawarij 1. Pengertian dan Penisbatannya A l-Khawarij adalah bentuk jama' dari khariji (yang keluar). Nama khawarij d...