Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama

Manusia merupkan makhluk paling sempurna yang dianugerahi Allah SWT, berupa kesempurnaan fisik dan kepintaran akal. Untuk itu secara naluri, manusia sadar bahwa terdapat kekuatan Maha Besar sebagai tempat meminta pertolongan dan perlindungan. Dari situ kita sadar bahwa kita adalah makhluk yang lemah, meskipun diberikan berbagai kelebihan dibanding makhluk lain.

Setiap manusia lahir dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak mengetahui sesuatupun. Sesuai  firman Allah SWT dalam Q. S. An Nahl (16) : 78 Artinya:  "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan  Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur".

Dalam keadaan lemah, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam godaan dan rayuan. Godaan yang muncul bisa dari dalam diri ataupun dari luar, berupa kebaikan (Malak Al Hidayah) ataupun keburukan ( Malak Al Ghiwayah). Disinilah peran agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia ke jalan yang benar agar terhindar dari kejahatan atau kemungkaran.

Agama merupakan risalah yang disampaikan Allah SWT kepada para nabi-Nya untuk memberi peringatan kepada manusia. Memberi petunjuk sebagai hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata hidup yang nyata. Mengatur tanggung jawab kepada Allah SWT, kepada masyarakat dan alam sekitarnya.

Agama adalah kebutuhan umat manusia, karena didalamnya terdapat sumber ajaran mengenai berbagai segi kehidupan manusia. Agama mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, serta menghargai akal pikiran melalui pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengajarkan manusia untuk bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual. Agama juga mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, mengutamakan persaudaraan, dan berakhlak mulia.

 Menurut Malik Bennabi, agama adalah “katalisator” yang selalu hadir dibalik kelahiran suatu peradaban. Contohnya, “kita dapat menjumpai kota-kota tanpa dinding, tanpa raja, tanpa peradaban, tanpa literatur, atau tanpa gedung teater, tapi seseorang tidak pernah menjumpai sebuah kota tanpa tempat-tempat peribadatan atau penganut-penganut agama.

Sementara Henri Bergson (1859-1941), juga menulis ide yang sama, bahwa “kita jumpai di masa lampau dan sekarang, masyarakat tanpa sains, tanpa seni, tanpa filsafat, tapi kita tidak pernah menjumpai sebuah masyarakat tanpa agama”   Karena agama “adalah fenomena universal dan sudah ada sejak lama dalam sejarah kehidupan manusia, mulai dari pemujaan patung-patung dan kepercayaan-kepercayaan yang paling primitif hingga Islam yang bertauhid.

A.      KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

Menurut Malik Bennabi, fenomena beragama adalah fenomena yang sudah ada sejak lama sebagai karakteristik manusia, dari manusia yang sangat primitif sampai manusia yang sudah memiliki peradaban tinggi. Manusia digambarkan sebagai homo religiosus (makhluk beragama). Sehingga agama bukan hanya sebagai aktifitas spiritual manusia, tetapi ia adalah fitrah universal yang tidak pernah luput dalam sejarah suatu bangsa (baik masa lampau, sekarang, maupun yang akan datang).

Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya. Ini dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai bencana. Ia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan itu. Naluriah ini membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya.

Al-Quran telah menjelaskan agama sebagai fitrah manusia, seperti yang terdapat dalam

Q.S. Ar Ruum (30) : 30, yang artinya : "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Beberapa faktor yang menyebabkan pentingnya agama sebagai kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :

    Faktor Kondisi Manusia

Kondisi manusia terdiri dari dua unsur, yaitu unsur jasmani dan rohani. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan kedua unsur tersebut, maka harus diberi perhatian khusus dan seimbang. Unsur jasmani membutuhkan pemenuhan yang bersifat fisik atau jasmaniah, seperti makan-minum, olah raga, bekerja dan istirahat yang seimbang, dan segala aktifitas jasmani yang dibutuhkan. Unsur rohani membutuhkan pemenuhan yang bersifat psikis (mental), diantaranya pendidikan agama, budi pekerti, kasih sayang, dan segala aktifitas rohani yang dibutuhkan.

     Faktor Status Manusia

Status manusia adalah sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, jika dibandingkan makhluk lain. Allah SWT menciptakan manusia lengkap dengan segala kesempurnaan, yang menjadikan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang mempunyai  kesempurnaan akal dan pikiran, hati nurani, kemuliaan, dan berbagai kelebihan lainnya. Dengan kesempurnaan yang dimiliki, Allah SWT menempatkan kita pada permukaan yang paling atas dalam garis horizontal sesama makhluk. Dengan akalnya, manusia mengakui adanya Allah SWT. Dengan hati nuraninya, manusia menyadari bahwa dirinya tidak lepasdari pengawasan dan ketentuan Allah SWT. Dan dengan agama, manusia belajar mengenal Tuhannya dan belajar cara berkomunikasi dengan sesamanya.

    Faktor Struktur Dasar Kepribadian Manusia

Dalam teori psiko-analisis Sigmun Freud, struktur dasar kepribadian manusia terdiri dari tiga aspek, yaitu :
* Aspek Das es (Aspek Biologis) : aspek ini merupakan sistem yang orisinal dalam kepribadian manusia  yang berkembang secara alami dan menjadi bagian yang subjektif yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia objektif.
* Aspek Das ich (Aspek Psikis) : timbul karena kebutuhan organisme untuk hubungan baik dengan dunia nyata.
*Aspek das uber ich (Aspek Sosiologis) : mewakili nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat.

B.         FUNGSI  AGAMA  DALAM  KEHIDUPAN

Secara terperinci agama memiliki peranan yang bisa dilihat dari beberapa aspek. Diantaranya adalah aspek keagamaan (religius), kejiwaan (psikologis), kemasyarakatan (sosiologis), asal usulnya (antropologis) dan moral (ethics).

· Dari Aspek Keagamaan (Religius) : Agama menyadarkan manusia, tentang siapa penciptanya.

·  Secara Asal usul (Antropologis) : Agama memberitahukan kepada manusia tentang siapa, darimana, dan mau kemana manusia.

·  Dari segi Kemasyatakatan (Sosiologis) : Sarana-sarana keagamaan sebagai lambang-lambang masyarakat yang kesakralannya bersumber pada kekuatan yang dinyatakan berlaku   oleh seluruh anggota masyarakat. Dan fungsinya untuk mempertahankan dan memperkuat rasa solidaritas dan kewajiban sosial.

·  Secara Kejiwaan (Psikologis) : Agama bisa menenteramkan, menenangkan, dan membahagiakan kehidupan jiwa seseorang.

·  Dan secara Moral (Ethics), agama menunjukkan tata nilai dan norma yang baik dan buruk, dan mendorong manusia berperilaku baik (akhlaq mahmudah).

C.      RASA INGIN TAHU MANUSIA (Human Quest for Knowledge)

Manusia lahir tanpa mengetahui sesuatu ketika itu yang diketahuinya hanya ”saya tidak tahu”. Tapi kemudian dengan panca indra, akal, dan jiwanya sedikit demi sedikit pengetahuannya bertambah, dengan coba-coba (trial and error), pengamatan, pemikiran yang logis dan pengalamannya ia menemukan pengetahuan. Namun demikian keterbatasan panca indra dan akal menjadikan sebagian banyak tanda tanya yang muncul dalam benaknya tidak dapat terjawab. Hal ini dapat mengganggu perasaan dan jiwanya, dan semakin mendesak pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin gelisah ia apabila tak terjawab. Hal inilah yang disebut dengan rasa ingin tahu manusia. Manusia membutuhkan informasi yang akan menjadi syarat kebahagiaan dirinya.

D.        DOKTRIN  KEPERCAYAAN  AGAMA

Perlu dipahami bahwa dalam menjalankan fungsi dan mencapai tujuan hidupnya, manusia telah dianugerahi oleh Allah SWT dengan berbagai bekal seperti: naluri (insting), pancaindra, akal, dan lingkungan hidup untuk dikelola dan dimanfaatkan. Fungsi dan tujuan hidup manusia adalah dijelaskan oleh agama dan bukan oleh akal. Agama justru datang karena ternyata bekal-bekal yang dilimpahkan kepada manusia itu tidak cukup mampu menemukan apa perlunya ia lahir ke dunia ini. Agama diturunkan untuk mengatur hidup manusia. Meluruskan dan mengendalikan akal yang bersifat bebas. Kebebasan akal tanpa kendali, bukan saja menyebabkan manusia lupa diri, melainkan juga akan membawa kepada jurang kesesatan, mengingkari Tuhan, tidak percaya kepada yang gaib dan berbagai akibat negatif lainnya.

Yang istimewa pada doktrin agama ialah wawasannya lebih luas. Ada hal-hal yang kadang tak terjangkau oleh rasio dikemukakan oleh agama. Akan tetapi pada hakikatnya tidak ada ajaran agama (yang benar) bertentangan dengan akal, oleh karena agama itu sendiri diturunkan hanya pada orang-orang yang berakal. Maka jelas bahwa manusia tidak akan mampu menanggalkan doktrin agama dalam diri mereka. Jika ada yang merasa diri mereka bertentangan dengan agama maka akalnya lah yang tidak mau berpikir secara lebih luas.

SUMBER REFERENSI
1) Drs. M. Yatimin, M.A, Studi Islam Kontemporer
2) Prof. Dr. H.M. Amin Syukur, M.A., Pengantar Studi Islam
3) Al Qur'an dan Terjemah
4) Dr. Usman Syihab, M.A, Membangun Peradaban dengan Agama
5) Hardianto Prihasmono Ebook Ringkasan Shahih Bukhori

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pemikiran Kalam Khawarij dalam ilmu Kalam

 Pemikiran Kalam Khawarij 1. Pengertian dan Penisbatannya A l-Khawarij adalah bentuk jama' dari khariji (yang keluar). Nama khawarij d...